Sunday, January 16, 2011

Rastafari: Freedom Movement dan Nilai Tentang Emansipasi

Rastafari adl sebuah “Freedom Movement” dimana setiap individu dr gerakan ini punya kebebasan untuk menelaah falsafah hidup dr gerakan Rastafari dan punya kebebasan penuh untuk menafsirkan ajaran Rastafari – termasuk pengkultusan terhadap Kaisar Haile Selassie I dan atau keyakinan bahwa beliau adl sang Messiah (Revelation 5).
Hal itu bisa kita lihat dari banyaknya mansion/grup/aliran dr gerakan Rastafari. Sebut saja “The Twelve of Tribes of Israel”, 1 dari 3 aliran besar dan terkenal dalam gerakan Rastafari. “The Twelve of Tribes of Israel” tdk menganggap Haile Selassie I sbg Jah/Yahweh/Jehovah. “The Twelve of Tribes of Israel” percaya bahwa Yahshuwah The Messiyah/Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, sedang Haile Selassie I sebagai ilahi yang dipilih oleh Sang Pencipta untuk mewakilinya di bumi dlm kapasitas sbg Raja.
Dalam mansion “The Twelve of Tribes of Israel” – yg ikut mensposori lahirnya Grup Vokal Reggae Israel Vibration – Haile Selassie I dipandang sebagai raja yang terpilih oleh Tuhan dalam keturunan Raja Daud dan Raja Salomo (baca kisah Thalut/Saul: Al-Baqoroh : 246-252 dan 1 Samuel 9:16-17). Haile Selassie I dianggap sebagai representasi dari The Messiyah/Yesus Kristus dalam Karakter sbg raja, Dia bukanlah Yahshuwah The Messiyah/Yesus Kristus itu sendiri, tetapi wakil dari perjanjian Daud yang abadi.
Berbeda dgn “The Twelve of Tribes of Israel”, mansion Bobo Ashanti percaya bahwa Haile Selassie I adl Tuhan Yang Agung, dgn Marcus Garvey sebagai nabi, serta Emmanuel (pendiri mansion Bobo Ashanti) sebagai Imam Besar setelah urutan keimamatan Melkisedek. Ide-ide “Black Supremacy” dan “Jesus is a black man” masih sangat kental di mansion ini.
Tidak berhenti disitu, kemudian muncul pula Muslim Rastas yg merujuk kepada cara hidup dan implementasi atas ajaran-ajaran filosofis Rastafari (emansipasi, struggle, dan ketaatan pada Tuhan) dgn tetap menjaga Monoteisme (percaya pada Allah SWT, The Creator, yg ESA, yg Maha Agung) dan tdk meyakini Kaisar Haile Selassie I sbg Tuhan yg Agung. Dan tentunya tdk menggunakan Marijuana.
Lalu ada juga “Zion Rastafari” sebuah sekte kecil Yahudi, yang masih berpegang pada tradisi Yahudi, tetapi juga menerima Selassie I sebagai keturunan Raja Daud, dan roh ilahi. Selain itu ada pula beberapa aliran lain spt: Iyesus/Jesus Dreads, Messianic Dreads, Remi Rastafari, dan the Selassian Church.
Dari situ kita bisa melihat betapa beragamnya gerakan Rastafari. Sebuah gerakan yg tdk lagi eksklusive milik masy.kulit hitam. Sebuah gerakan yang bisa dileburkan ke dlm komunitas/individu/agama manapun. Kita semua punya kebebasan penuh untuk melihat dari perspekstif manapun.
Bob Marley sendiri tdk pernah menyatakan dengan aliran mana dia bergabung. Bob Marley menafsirkan falsafah hidup gerakan Rastafari dr sudut pandang dia sbg musisi reggae.
Yang menjadi fondasi dasar dari gerakan ini adalah emansipasi. Meskipun terbagi dalam beberapa sub grup/mansion, issue emansipasi menjadi benang merah diantara mereka.
Jadi, seorang Rastafarian kah kalian? Bebaskan diri kalian untuk menafsirkannya dr sudut pandang manapun :) Selama kalian memegang teguh prinsip emansipasi dan penghapusan masyarakat kelas 2, maka kalian bisa juga disebut sbg seorang Rastafarian.

Tony Q Rastafara Bapak Reggae Indonesia

Musik Reggae, identik dengan Bob Marley dan rambut gimbalnya. Musik dengan irama mendayu-dayu santai ini, meskipun tidak cengeng, merebak sampai Indonesia. Yang populer mengalunkan genre musik ini sekarang adalah Steven and The Coconut Tree, band yang hampir seluruh personilnya berambut gimbal. Masa 80'an di Indonesia musik reggae banyak dikompilasi dengan musik pop sedang in waktu itu yang populer adalah lagu Dansa Reggae yang dibawakan Nola Tilaar karya Melki Goeslaw, hampir bersamaan dengan itu juga muncul band reggae seperti Abreso, Air Mood, dan Asian Roots. Musik reggae Indonesia berkembang sendiri dan belum menjadi trend musik anak muda pada waktu itu.
Dari sekumpulan musisi dan grup band reggae tersebut, muncul nama Tony Q Rastafara seorang musisi asal Semarang yang berusaha eksis di musiknya orang Jamaika ini. Sejak tahun 1989 ia terbiasa manggung dari kafe ke kafe membawakan musik reggae bersama band-nya Roots Rock Reggae. Ia sempat pindah-pindah grup seperti Exodus, Rastaman, dan akhirnya Rastafara yang banyak dikenal pecinta reggae.
Dari sekian grup band ini Tony aktif menciptakan lagu-lagu yang kebanyakan bercerita soal sosial, kemanusiaan, cinta, dan kehidupan masyarakat keseharian. Bersama Rastafara ia mengeluarkan album "Rambut Gimbal" dan "Gue Falling In Love". Di album "Rambut Gimbal", istilah gaya rambut seperti tali tambang ini menjadi sebutan yang memasyarakat bagi style para musisi reggae beserta penggemarnya. Tahun 1997 Rastafara memutuskan vakum, Tony Q akhirnya membentuk band baru dengan tetap mengusung bendera Rastafara, dan tahun 1998 terbentuklah Tony Q & New Rastafara sampai pada Tony memutuskan untuk bersolo karir.
Di tahap ini Tony berhasil merilis albun "Damai Dengan Cinta" hingga namanya semakin populer sebagai dedengkotnya musik reggae Indonesia. Di album ini seorang profesor bidang musik asal Kanada memberikan referensi dengan mengirimkan albumnya di ajang Bob Marley Festival di Amerika Serikat. Sayangnya ketika mendapat undangan pada ajang itu, Tony terhambat izin visa dari pemerintah Amerika Serikat.
Tahun 2003 albumnya yang ke empat keluar berjudul "Kronologi" merupakan kompilasi beberapa lagu dari album-album sebelumnya dan beberapa lagu yang belum sempat dirilis. Pada 2005, Tony kembali merilis albumnya yang terbaru bertitel "Salam Damai" dengan membawa misi dan visi yang ingin disampaikan tentang perdamaian. Berdasar obrolan dengan Indo Reggae Society musisi dengan pembawaan vokal yang serak dan berat ini memilih reggae karena pengalaman batinnya dan banyak alasan yang membuat memilih genre reggae.
Tony yakin musik reggae akan berkembang dan bukan lagi sebagai genre musik yang minor karena kaitannya dengan rasta atau ganja, ia berusaha menghilangkan stigma bahwa musisi dan penggemar reggae harus memakai ganja. Ini terus didengungkan lewat lagunya Reggae Dot Com di albumnya bertajuk "Anak Kampung" di tahun 2007, liriknya bercerita kalau reggae gak harus gimbal gimbal gaka selalu reggae, reggae gak harus memakai ganja memakai ganja gak selalu reggae. Harapannya musik reggae di perjuangkan bukan sekedar gimbal atau ganja yang paling penting esensi perdamaian, kemerdekaan arti sebuah musik, dan lebih pada edukasi agar tidak menjadi salah mengartikan musik reggae itu sendiri. Maka cukup pantas Tony Q Rastafara jika disebut sebagai "Bapak Musik Reggae Indonesia