Musik Reggae, identik dengan Bob Marley dan rambut gimbalnya. Musik dengan irama mendayu-dayu santai ini, meskipun tidak cengeng, merebak sampai Indonesia. Yang populer mengalunkan genre musik ini sekarang adalah Steven and The Coconut Tree, band yang hampir seluruh personilnya berambut gimbal. Masa 80'an di Indonesia musik reggae banyak dikompilasi dengan musik pop sedang in waktu itu yang populer adalah lagu Dansa Reggae yang dibawakan Nola Tilaar karya Melki Goeslaw, hampir bersamaan dengan itu juga muncul band reggae seperti Abreso, Air Mood, dan Asian Roots. Musik reggae Indonesia berkembang sendiri dan belum menjadi trend musik anak muda pada waktu itu.
Dari sekumpulan musisi dan grup band reggae tersebut, muncul nama Tony Q Rastafara seorang musisi asal Semarang yang berusaha eksis di musiknya orang Jamaika ini. Sejak tahun 1989 ia terbiasa manggung dari kafe ke kafe membawakan musik reggae bersama band-nya Roots Rock Reggae. Ia sempat pindah-pindah grup seperti Exodus, Rastaman, dan akhirnya Rastafara yang banyak dikenal pecinta reggae.
Dari sekian grup band ini Tony aktif menciptakan lagu-lagu yang kebanyakan bercerita soal sosial, kemanusiaan, cinta, dan kehidupan masyarakat keseharian. Bersama Rastafara ia mengeluarkan album "Rambut Gimbal" dan "Gue Falling In Love". Di album "Rambut Gimbal", istilah gaya rambut seperti tali tambang ini menjadi sebutan yang memasyarakat bagi style para musisi reggae beserta penggemarnya. Tahun 1997 Rastafara memutuskan vakum, Tony Q akhirnya membentuk band baru dengan tetap mengusung bendera Rastafara, dan tahun 1998 terbentuklah Tony Q & New Rastafara sampai pada Tony memutuskan untuk bersolo karir.
Di tahap ini Tony berhasil merilis albun "Damai Dengan Cinta" hingga namanya semakin populer sebagai dedengkotnya musik reggae Indonesia. Di album ini seorang profesor bidang musik asal Kanada memberikan referensi dengan mengirimkan albumnya di ajang Bob Marley Festival di Amerika Serikat. Sayangnya ketika mendapat undangan pada ajang itu, Tony terhambat izin visa dari pemerintah Amerika Serikat.
Tahun 2003 albumnya yang ke empat keluar berjudul "Kronologi" merupakan kompilasi beberapa lagu dari album-album sebelumnya dan beberapa lagu yang belum sempat dirilis. Pada 2005, Tony kembali merilis albumnya yang terbaru bertitel "Salam Damai" dengan membawa misi dan visi yang ingin disampaikan tentang perdamaian. Berdasar obrolan dengan Indo Reggae Society musisi dengan pembawaan vokal yang serak dan berat ini memilih reggae karena pengalaman batinnya dan banyak alasan yang membuat memilih genre reggae.
Tony yakin musik reggae akan berkembang dan bukan lagi sebagai genre musik yang minor karena kaitannya dengan rasta atau ganja, ia berusaha menghilangkan stigma bahwa musisi dan penggemar reggae harus memakai ganja. Ini terus didengungkan lewat lagunya Reggae Dot Com di albumnya bertajuk "Anak Kampung" di tahun 2007, liriknya bercerita kalau reggae gak harus gimbal gimbal gaka selalu reggae, reggae gak harus memakai ganja memakai ganja gak selalu reggae. Harapannya musik reggae di perjuangkan bukan sekedar gimbal atau ganja yang paling penting esensi perdamaian, kemerdekaan arti sebuah musik, dan lebih pada edukasi agar tidak menjadi salah mengartikan musik reggae itu sendiri. Maka cukup pantas Tony Q Rastafara jika disebut sebagai "Bapak Musik Reggae Indonesia
No comments:
Post a Comment